Entri Populer

Kamis, 11 Juni 2009

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dra. Hj Afiyah AS M.Si.







Disusun Oleh:
AFRINALDI
08410261


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009


BAB I
PENDAHULUAN

Setiap sesuatu itu pasti ada tujuannya. Manusia hidup di Dunia pasti memiliki tujuan. Dan begitu juga dengan pendidikan Islam. Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa: “al-umur bi maqashidiha”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk menguraikan tentang tujuan dari pendidikan Islam. Karena kita tahu untuk merubah suatu bangsa kedepannya agar lebih baik. Yaitu dengan meningkatkan SDM(Sumber Daya Manusianya) bangsa itu sendiri. SDM yang berkualitas hanya akan bisa tercipta, salah satunya yaitu melalui pendidikan Islam. Untuk itu, agar tercapainya pendidikan islam yang berkualitas. Tidak bisa tidak, terlebih dulu kita harus mengetahui tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.

Untuk itu dalam makalah ini saya akan mencoba membahas mengenai tujuan pendidikan Islam tersebut. Kritik dan saran sangat saya harapkan, bagi siapapun yang membaca makalah ini. Agar demi perbaikan makalah-makalah saya berikunya.












BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Seperti yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan. Yaitu bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan Islam menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain. Sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang tujuan pendidikan Islam. Apa sih tujuan itu? Dan apa juga tujuan pendidikan Islam itu?
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegitan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu (QS. Ali-Imran: 191). Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya berupa ibadah (sebagai ‘abd Allah) dan tugas sebagai wakilnya di muka bumi (khalifah Allah). Firman Allah SWT:
قل ان صلاتى ونسكى ومحيا ى ومماتى لله ربالعا لمين
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.” (QS. Al-An’am: 162)
Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensial bawaan, seperti fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter, yang berkecendrungan pada al-hanief (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam (QS. Al-kahfi: 29) sebatas kemampuan, kapasitas, dan ukuran yang ada.
Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah ada didalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern.
Keempat, dimensi-dimensi kehidupsn ideal Islam. Dimensi kehidupan dunia ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki. Namun demikian, kemiskinan dan kemelaratan di dunia juga harus diberantas, sebab kemelaratan dan kemiskinan menjadikan ancaman manusia kepada kekufuran.Dalam Hadis disebutkan: “kada al-faqr an yakuna kufran”, kemelaratan itu hanpir saja mendatangkan kekafiran. Jadi hendaknya antara kehidupan dunia dan akhirat haruslah seimbang. Agar tercapainya kbahagian di dunia dan kebahagian diakhirat kelak.

PRINSIP-PRINSIP DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, agar tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip yang memandang keseluruhan aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani, dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup. Prinsip ini menimbulkan formulasi tujuan pendidikan dengan membuka, mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan kesediaan-kesediaan segala dayanya, dan menimgkatkan keadaan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik untuk menyelesaikan semua masalah dalam menghadapi tuntutan masa depan.
2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah). Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.
3. Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum dan metode pendidikan.
4. Prinsip tidak bertentangan. Prinsip yang di dalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.
5. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural yang ada.
6. Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniyah dan nafsaniyah; serta perubahan kondisi psiologis, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikirn, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan (QS. Ar-ra’d: 11).
7. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip yang memperhatikan perbedaan peserta didik, baik ciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.
8. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan.

Hilda Taba mengemukan prinsip-prinsip pokok dalam perumusan tujuan pendidikan sebagai berikut:
• Rumusan tujuan hendaknya meliputi aspek bentuk tingkah laku yang diharapkan (proses mental) dan bahan yang berkaitan dengannya (produk).
• Tujuan-tujuan yang kompleks harus ditata secara mapan, analitis dan spesifik, sehingga tampak jelas bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapkan.
• Formulasi harus jelas untuk pembentukan tingkah laku yang diinginkan dengan kegiatan belajar tertentu.
• Tujan tersebut pada dasarnya bersifat developmental yang mencerminkan arah yang hendak dicapai.
• Formulasi harus realistis dan hendaknya memasukan terjemahan ke dalam kurikulum dan pengalaman belajar.
• Tujuan harus mencakup segala aspek perkembangan peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah.

KOMPONEN-KOMPONEN TUJUAN PENDIDIKAN
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus lengkap (comprehensive) mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional, dan aspek operasional. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan pendidikan tidak mudah, bahkan sangat kompleks dan mengandung resiko mental-spritual, lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai islami, yang didalamnya terdapat iman, Islam, ihsan, serta ilmu pengetahuan menjadi pilar-pilar utamanya.
Secarateoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tujuan normatif. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya:
• Tujuan formatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
• Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
• Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan diri pada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
• Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan akhir.
• Tujan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2. Tujuan fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan prserta didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi:
• Tujuan individual, yang sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan ke dalam pribadi berupa moral, intelektual dan skill.
• Tujuan sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
• Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis).
• Tujuan profesional, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
3. Tujuan operasional. Tujuan yang mempunyai sasran teknis manajeria. Menurut Langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu:
• Tujuan umum (tujuan total). Menurut Kohnstam dan Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu manusia yang dapat menunjukan keselarasan dan keharmonisan antara jasmani dan rohani, baik dalam segi kejiwaan, kehidupan individu , maupun untuk kehidupan bersama yang menjadikan integritas ketiga inti hakikat manusia.
• Tujuan khusus. Tujuan ini sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujua pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta didik, seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
• Tujuan tak lengkap. Tujuan ini berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan, kaindahan, kemsyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya. Setiap aspek ini mendapat giliran penanganan (prioritas) dalan usaha pendidikan atau maju bersama-sama secara terpisah.
• Tujuan insidental (tujuan seketika). Tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan bersifat sesaat, misalnya mengadakan shalat jenazah ketika ada orang yang meninggal.
• Tujuan sementara. Tujuan yang ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak yang tujuannya belajar membaca dan menulis.
• Tujuan intermedier. Tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya.
Komponen-komponen tujuuan pendidikan di atas tidak hanya terfokus pada tujuan yang bersifat teoritis, tetapi juga bertujuan praktis yang sasrannya pada pemberian kemampuan praktis peserta didik. Hal ini dilakukan agar setelah menyelesaikan studinya, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya dengan penuh kewibawaan dan professional mengingat kompetensi yang dimiliki telah memadai.

FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Upaya dalam pencapain tujuan pendidikan harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal. Athiyah al-Abrasyi menyairkan suatu syair: “Setiap sesuatu mempunyai tujuan yang diusahakan untuk dicapai, seseorang bebas menjadikan pencapaian tujuan pada taraf yang paling tinggi.”
Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Edcationl Theory, a Qur’anic Outlook, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu:
1. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah).
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di Bumi, melalui ketrampilan-ketrampilan fisik. Ia berpijak pada pendapat Imam Nawawi yang menafsirkan “al-qawy” sebagi kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik.
2. Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah)
Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT, semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani oleh Nabi SAW. Dengan berdasarkan pada cita-cita ideal dalam al-Qur’an.
3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)
Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang Pencipta.
4. Tujuan pendidikan social (al-ahdaf al-ajtimaiyah)
Tujuan pendidikan social adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas social. Identitas individu di sini tercermin sebagai “al-nas” yang hidup pada masyarakat yng plural (majemuk).
Ali Ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan: “terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah SWT., pada tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya”. Tujuan itu merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan Islam, yang masih menurut Ashraf, tujuan khusus pendidikan Islam adalah:
• Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern.
• Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan social, dan pembangunan nasional.
• Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komperatif kebudayaan dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan lain.
• Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
• Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep tentang pengetahuan yang dituntut.
• Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebahagian yang baik.
• Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.

.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: Terbentuknya “insan kamil” (manusia paripurna) yang mempunyai wajah-wajah qur’ani, yaitu perilakunya tersebut sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.Terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi religius, budaya dan ilmiah. Serta juga adanya penyadaran fungsi manusia sebagi hamba, khalifah Allah, serta sebagai pewaris Nabi (warasat al-anbiya) dan memberikan bekal yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.
Pendidikan Seharus bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya pelayanan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, amajinasi, fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individu, maupun secara kolektif, dan memotivasi semua aspek tersebut kearah kebaikan dan pencapai kesempurnaan. Tujuan utama pendidikan bertump pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT. baik dalam level individu, komunitas, dan manusia secara luas.



BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: al-Ma’arif, 1989)
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989)
Omar Muhammad al-Tumi al-Syaiban, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1997)
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Telaah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo: Romadhoni, 1991)
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya, 1988)
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991)
Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an, judul asli: Edutional Theory, a Qur’anic Outlook,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991)
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sayed Husen Nashr, (Jakarta: Firdaus, 1939)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar