Entri Populer

Kamis, 10 Februari 2011

Syafii Maarif: Aparat Kita Punya Nyali Tidak?

VIVAnews - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan tokoh agama yang disegani, Syafi'i Ma'arif, mempertanyakan kinerja Polri dalam kasus bentrok Ahmadiyah di Banten, Jawa Barat, dan kerusuhan di Temanggung, Jawa Tengah.

"Sekarang, aparat kita itu punya nyali atau tidak?" kata Syafi'i Ma'arif saat diwawancara VIVAnews.com.

Tokoh agama yang disapa Buya ini mempertanyakan pernyataan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo yang mengatakan aparatnya sudah bekerja maksimal.

"Maksimal apa? Yang di Pandeglang itu tidak maksimal. Masa tiga orang petugas menjaga massa sebegitu banyak," Buya mempertanyakan.

Buya menilai kondisi bangsa ini sudah sangat-sangat kritis. Alasannya, tidak ada masalah fundamental di negeri ini yang terselesaikan. "Ekonomi, politik, hukum, semua carut-marut. Bangsa kita harus selamatkan," kata dia.

Buya juga mengritik persoalan ini semua terkait dengan banyaknya kepentingan politik sesaat dan jangka pendek yang masih dijadikan prinsip oleh sejumlah orang. "Jangan hitung-hitungan jangka pendek lagi, mau jadi kepala daerah dan lain-lain," ia menegaskan.

Dalam kasus penyerangan jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang polisi telah menetapkan dua orang, dari sekitar 1.500 orang perusuh yang saat itu berada di lokasi. Satu di antaranya resmi ditahan hari ini.

"Dari dua tersangka yang diperiksa, satu sudah ditingkatkan jadi penahanan hari ini," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol. Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Rabu 9 Februari 2011. (kd)
• VIVAnews

Rabu, 09 Februari 2011

Syafii Maarif: Kritikan SBY Tidak Substantif

VIVAnews - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menilai kritik balik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap tokoh-tokoh agama tidak substantif. Tokoh yang akrab disapa Buya ini menilai Presiden SBY tidak paham masalah.

"Saya rasa kritik itu tidak ada substansinya," kata Syafii Maarif dalam perbincangan telepon dengan VIVAnews.com, Rabu 9 Februari 2011.

Buya kembali mengingatkan, kritik yang pernah dilontarkan tokoh-tokoh agama kepada pemerintah tidak ada muatan politik sama sekali. Semua yang disampaikan, kata Buya, berdasarkan bukti-bukti.

"Itu otentik sekali. Itu serius. Itu bukan berarti ingin menjatuhkan seseorang," ujar Buya yang sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta ini.

Maka itu, Buya juga menyesalkan bila ada yang menyebut kritikan tokoh-tokoh agama itu sarat muatan politik. "Bila disebut tendensi politik, mereka itu sama sekali tidak paham," jelas dia.

Pagi tadi, Presiden SBY mengritik tokoh-tokoh agama. SBY meminta tokoh agama tidak melupakan peran utamanya, membimbing umat.

"Saya tahu, pemuka agama juga memainkan banyak peran. Namun janganlah dilupakan kewajiban dan amanah untuk tetap membimbing umatnya masing-masing," kata Presiden SBY saat menghadiri Hari Pers Nasional di Kupang, NTT, Rabu, 9 Februari 2011. (umi)
• VIVAnews

Sabtu, 05 Februari 2011

Forum Rektor: Indonesia Menuju Negara Gagal!

Jakarta - Forum Rektor mengingatkan pemerintah bahwa Indonesia saat ini sudah mulai menuju ke dalam keadaan negara gagal. Indonesia berada diperingkat 61 dari 170 negara yang termasuk dalam indeks negara gagal 2010.

"Negara kita sudah dekat menjadi negara gagal dan kalau tidak diperbaiki pemerintah, pada tahun akan datang menjadi negara gagal," ujar anggota Forum Rektor Sofian Effendi dalam konferensi pers dengan tokoh Lintas Agama dan Forum
Rektor di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (4/2/2011).

Menurut Sofian, berdasarkan hasil indeks negara gagal, Indonesia berada di urutan 61 dari 170 negara. Dalam indeks itu, Somalia berada di urutan pertama.


"Salah satu ukurannya adalah jumlah populasi penduduk Indonesia yang terus meningkat dan program pemerintah gagal total," terang Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Ukuran lainnya menurut Sofian adalah kesenjangan antara daerah di wilayah Indonesia semakin besar. Ia mencontohkan, provinsi Papua dan Papua Barat adalah salah satu wilayah yang termiskin di Indonesia dengan perbandingan lebih dari 17 kali lipat dengan daerah lain.

"Ini sangat berbahaya dan ketika mereka meminta melepaskan diri, itu berarti
membuktikan ketidakpuasan rakyat," terangnya.

Pada sektor pelayanan publik, anggaran Indonesia sama sekali tidak pernah meningkat, bahkan nyaris tidak ada dibandingkan banyaknya anggaran untuk birokrasi.

Saat ini juga, terjadi delegitimasi terhadap pemerintah. Sofian menyebutkan, terdapat 157 kelapa daerah yang saat ini terkait dengan meja hijau. Malahan, satu
diantara kepala daerah tersebut dilantik saat dirinya berstatus terpidana.

"Lalu terpecahnya elit politik dan elit penguasa. Ini semua adalah tanda-tanda
negara gagal," sebut sofian.

(fiq/gun)

Dunia Islam yang Masih Rapuh

Dunia Islam yang Masih Rapuh
Tuesday, 01 February 2011

Oleh Ahmad Syafii Maarif

Allahlah yang Mahatahu bagaimana ujungnya nanti perjalanan dunia Islam ini, sekalipun Alquran memberikan dasar optimisme dalam menatap masa depan. Ayat 9 surah 15 (al-Hijr) menegaskan optimisme ini: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (Alquran) dan sesungguhnya Kami juga yang menjadi penjaganya." Artinya, Alquran dijaga oleh Allah dari segala bentuk manipulasi, perubahan, dan penyimpangan yang dilakukan manusia, maka Kitab Suci ini akan tetap menjadi sumber petunjuk bagi manusia sampai dunia ini berakhir.

Persoalan krusial yang terbentang di depan kita sekarang adalah fakta keras ini: mengapa umat Islam tidak terjaga dari proses kerapuhan, padahal mereka mengaku berpedoman kepada Alquran yang bebas dari segala kesalahan?

Artinya, jika Alquran dipahami dan dipedomani secara benar dan tulus, semestinya dunia Islam tidak perlu terlalu lama terkapar di depan arus sejarah yang bergulir tanpa henti. Dengan perkembangan ilmu dan teknologi modern yang dahsyat sejak sekitar 300 tahun yang lalu, perguliran itu berlangsung dengan kecepatan sangat tinggi. Umat manusia yang tidak siap menghapinya pasti dilindasnya, tanpa menghiraukan apa pun suku bangsa dan agamanya. Atau, dalam ungkapan yang ekstrem, tidak peduli orang itu beragama atau tidak. Atau, dalam perspektif lain, siapa saja yang menentang hukum alam (natural law), atau melahirkan ilmu dan teknologi, maka pasti akan kedodoran.

Sekitar 30 tahun pasca diutusnya nabi, dunia Islam telah mencatat ekspansi yang spektakuler. Dan 70 tahun kemudian, Islam telah menjadi agama dunia yang hampir tak tertandingi. Jika mengamati laju gerak yang luar biasa ini, hati umat Islam pada umumnya berbunga-bunga, dan itu tidak salah. Tetapi, yang salah adalah jika sisi-sisi gelap yang menyertainya tidak dihiraukan atau sengaja ditutupi, sehingga orang mengidolakan masa silam, tanpa sikap kritikal.

Syafii : DPR Lebih Baik Jadi Bintang Sinetron

Penulis: Icha Rastika | Editor: Hertanto Soebijoto
Rabu, 2 Februari 2011 | 08:57 WIB
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Ahmad Syafii Maarif


JAKARTA, KOMPAS.com - Guru bangsa Buya Syafi'i Ma'arif menilai, tindak tanduk anggota dewan saat ini bagaikan pemain sinetron. Sedikit sekali anggota dewan yang mampu menjadi negarawan.

"Mungkin mereka lebih baik jadi bintang sinetron, tidak ada yang serius. Semua dibuat, semua jadi aktor. Sedikit sekali yang bisa jadi negarawan," katanya usai menghadiri perayaan ulang tahun Nasional Demokrat di Jakarta Convention Center, Selasa (1/2/2011) malam.

Insiden penolakan terhadap pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah untuk ikut serta dalam rapat Komisi III DPR, kata Syafi'i, merupakan suatu adegan yang lucu.

"Mengusir Bibit Chandra itu lucu, sangat vulgar dan itu sangat jelas watak aslinya keluar," ujar mantan ketua PP Muhammadiyah itu.

Penolakan oleh DPR tersebut, menurut Syafi'i, semakin menunjukkan sikap para wakil rakyat yang tidak dewasa. Para anggota dewan terlihat kebakaran jenggot usai penahanan 19 politisi DPR oleh KPK.

"Semancam balas dendam. Itu menyangkut anggota partai (yang ditahan) itu. Terlalu menyolok," ujarnya.

Padahal, pimpinan KPK adalah tamu yang diundang para anggota Dewan. "Pimpinan kan ada lima, mereka diundang, KPK diundang, ya tandanya semua pimpinannya," tutur Syafi'i.

Seperti diberitakan, melalui voting, Komisi III DPR akhirnya memutuskan untuk tidak mengikutsertakan Bibit dan Chandra dalam rapat komisi III. Alasannya, meskipun deponeering terhadap keduanya telah diterbitkan, anggota dewan masih menganggap Bibit dan Chandra tersangka dalam perkara hukum yang demi perhitungan moral sebaiknya tidak diikutsertakan.

Sebagian pihak menilai bahwa penolakan DPR terhadap Bibit dan Chandra merupakan suatu upaya pelemahan KPK. "Sudah dari dulu (pelemahan KPK)," kata Syafi'i Ma'arif.

Kemelut Mesir Bisa Picu Perang Dunia III Sebab, Mesir mempunyai berbagai keuntungan di tingkat perdagangan internasional.

Sabtu, 5 Februari 2011, 14:41 WIB
Antique
Mantan Ketum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma'arif (tengah) (ANTARA/ Reno Esnir)
BERITA TERKAIT





VIVAnews - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Maarif menegaskan konflik di Mesir dapat memicu pecahnya Perang Dunia III.

Sebab, sebelum terjadi pertikaian politik yang menjurus perang terbuka antara kelompok yang pro Presiden Mesir Hosni Mubarak dan kelompok yang menginginkan Mubarak turun dari kursi presiden, telah terlebih dahulu terjadi konflik politik seperti di Tunisia.

Sementara itu, di Yaman dan Yordania juga sudah mulai tampak adanya gerakan. Namun, Arab Saudi belum ada gejolak politik karena kekayaan dikuasai sekitar 5-6 ribu pangeran dan rakyatnya dimakmurkan, sehingga perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa sangat kecil.

"Untuk Turki sangat kecil kemungkinan ada perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa, karena Turki lebih moderen," kata Syafi'i di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu, 5 Februari 2011.

Kemungkinan konflik di Mesir akan memicu Perang Dunia III karena negara itu mempunyai berbagai keuntungan di tingkat internasional. Mulai dari letak negara yang strategis hingga sebagai kawasan yang dilalui perdagangan dunia, termasuk minyak dan energi. Akibatnya, jika konflik di sana tidak segera selesai akan dapat memicu perang.

Terkait dengan desakan agar Presiden Hosni Mubarak mundur, menurut Syafi'i, tanpa diminta mundur pun nantinya Mubarak akan mundur dengan sendirinya. "Tanpa diminta turun pun, Hosni Mubarak akan turun karena tidak mungkin akan bertahan," kata dia.

Syafi'i Maarif menyatakan, untuk menyelesaikan konflik tidak dapat dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Apalagi, bila Indonesia bertindak sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik di Mesir, meski berpenduduk dengan umat muslim terbesar di dunia.

"Waktu Presiden AS Bush menginvasi Afghanistan, Indonesia tidak bisa berbuat banyak. Bagi umat Islam, yang bisa dilakukan adalah bagaimana umat Islam itu selalu sadar," tutur Syafi'i. (art)

Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta