SUMPUR KUDUS MAKAH DAREK AIANYO JANIAH IKANNYO JINAK KASIAKNYO PUTIAH TAPIANNYO LANDAI
Entri Populer
-
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Dra. Hj Afiyah A...
-
Ku Tulis Puisi Ini Untuk Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif “Antara Sumpur Kudus dan Jogja” Lima Puluh Enam Tahun Yang Lalu Kau Tinggalkan Kampung I...
-
"Sumpur Kudus Dilihat Dalam Perspektif Sejarah" By: Afrinaldi Sumpur Kudus adalah salah satu diantara sekian desa di Indonesia, ya...
-
RESUME BUKU TRANSPOLITIKA (Dinamika Politik Dalam Dunia Virtualitas) ` ...
-
26 April 09 “PENGALAMANKU DI RIMBA LISUN” Pada sekitaran tahun 2004, ketika itu saya baru selesai UNAS tingkat SLTP.Tibalah saatnya liburan,...
-
Jakarta - Forum Rektor mengingatkan pemerintah bahwa Indonesia saat ini sudah mulai menuju ke dalam keadaan negara gagal. Indonesia berada d...
-
Tanwir Muhammadiyah March 5, 2009 Kompas/Kamis, 5 Maret 2009 | 05:20 WIB Syafii Ahmad Syafii Maarif Dalam kunjungan ke India beberapa tahun ...
-
Keterangan: Foto 1 : Peserta dari Perguruan Pangian Batang Tampuih Unggan berfoto bersama pada acara Festiv...
-
"Tradisi Lubuk Larangan Di Nagari Sumpur Kudus" Ada sebuah tradisi menarik dari Ranah Minang. Yaitu tradisi "lubuk larangan...
Sabtu, 08 Januari 2011
Buya: Bangsa Kita Sudah di Titik Nadir
JAKARTA, KOMPAS.com — Situasi kebangsaan Indonesia saat ini sudah menyentuh titik nadir. Dengan gaya kepemimpinan yang lemah, keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia hingga kini belum juga tercapai.
Partai-partai politik yang ada saat ini pun hampir tidak pernah memikirkan rakyat.
-- Syafii Maarif
"Sama-sama kita memberikan keprihatinan yang dalam. Yang kedua kita terus terang saja tidak melihat harapan bahwa akan membaik dalam waktu dekat," ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif seusai diskusi bertema "Reaktualisasi Tritura sebagai Ikon Kejuangan Bangsa" di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (6/1/2011).
Syafii, yang juga dikenal sebagai guru bangsa itu, mengatakan, kekayaan Indonesia yang ada tidak pernah dinikmati secara merata. Keberhasilan bangsa hanya dinikmati segelintir orang.
"Yang sudah dicapai juga banyak. Tidak seluruhnya jelek, tetapi masalah keadilan itu yang membuat jadi telantar," ungkapnya. Partai-partai politik yang ada saat ini pun, kata Syafii, hampir tidak pernah memikirkan rakyat. "Tapi, toh dipilih rakyat juga," ujarnya.
Kondisi bangsa yang sedemikian rupa, lanjutnya, harus diubah melalui jalur konstitusi. Hal itu dikarenakan, menurut Buya, bangsa Indonesia adalah bangsa demokratis yang harus berdasar pada konstitusi. "Harus ada perubahan melalui bingkai konstitusi. Ada perubahan, tetapi melalui konstitusi, tanpa pertumpahan darah," katanya.
Meskipun jalur konstitusi membuat segala perubahan seolah lebih lamban. "Demokrasi kita memang seperti ini, lamban. Kita tunggu saja sambil mempersiapkan diri untuk menyongsong perubahan yang lebih baik," kata Buya. "Di ujung lorong sana masih ada titik-titik terang," ujar Buya Syafii Maarif.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar