Penulis: Icha Rastika | Editor: Hertanto Soebijoto
Rabu, 2 Februari 2011 | 08:57 WIB
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Ahmad Syafii Maarif
JAKARTA, KOMPAS.com - Guru bangsa Buya Syafi'i Ma'arif menilai, tindak tanduk anggota dewan saat ini bagaikan pemain sinetron. Sedikit sekali anggota dewan yang mampu menjadi negarawan.
"Mungkin mereka lebih baik jadi bintang sinetron, tidak ada yang serius. Semua dibuat, semua jadi aktor. Sedikit sekali yang bisa jadi negarawan," katanya usai menghadiri perayaan ulang tahun Nasional Demokrat di Jakarta Convention Center, Selasa (1/2/2011) malam.
Insiden penolakan terhadap pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah untuk ikut serta dalam rapat Komisi III DPR, kata Syafi'i, merupakan suatu adegan yang lucu.
"Mengusir Bibit Chandra itu lucu, sangat vulgar dan itu sangat jelas watak aslinya keluar," ujar mantan ketua PP Muhammadiyah itu.
Penolakan oleh DPR tersebut, menurut Syafi'i, semakin menunjukkan sikap para wakil rakyat yang tidak dewasa. Para anggota dewan terlihat kebakaran jenggot usai penahanan 19 politisi DPR oleh KPK.
"Semancam balas dendam. Itu menyangkut anggota partai (yang ditahan) itu. Terlalu menyolok," ujarnya.
Padahal, pimpinan KPK adalah tamu yang diundang para anggota Dewan. "Pimpinan kan ada lima, mereka diundang, KPK diundang, ya tandanya semua pimpinannya," tutur Syafi'i.
Seperti diberitakan, melalui voting, Komisi III DPR akhirnya memutuskan untuk tidak mengikutsertakan Bibit dan Chandra dalam rapat komisi III. Alasannya, meskipun deponeering terhadap keduanya telah diterbitkan, anggota dewan masih menganggap Bibit dan Chandra tersangka dalam perkara hukum yang demi perhitungan moral sebaiknya tidak diikutsertakan.
Sebagian pihak menilai bahwa penolakan DPR terhadap Bibit dan Chandra merupakan suatu upaya pelemahan KPK. "Sudah dari dulu (pelemahan KPK)," kata Syafi'i Ma'arif.
SUMPUR KUDUS MAKAH DAREK AIANYO JANIAH IKANNYO JINAK KASIAKNYO PUTIAH TAPIANNYO LANDAI
Entri Populer
-
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Dra. Hj Afiyah A...
-
Ku Tulis Puisi Ini Untuk Buya Ahmad Syafi’i Ma’arif “Antara Sumpur Kudus dan Jogja” Lima Puluh Enam Tahun Yang Lalu Kau Tinggalkan Kampung I...
-
"Sumpur Kudus Dilihat Dalam Perspektif Sejarah" By: Afrinaldi Sumpur Kudus adalah salah satu diantara sekian desa di Indonesia, ya...
-
RESUME BUKU TRANSPOLITIKA (Dinamika Politik Dalam Dunia Virtualitas) ` ...
-
26 April 09 “PENGALAMANKU DI RIMBA LISUN” Pada sekitaran tahun 2004, ketika itu saya baru selesai UNAS tingkat SLTP.Tibalah saatnya liburan,...
-
Jakarta - Forum Rektor mengingatkan pemerintah bahwa Indonesia saat ini sudah mulai menuju ke dalam keadaan negara gagal. Indonesia berada d...
-
Tanwir Muhammadiyah March 5, 2009 Kompas/Kamis, 5 Maret 2009 | 05:20 WIB Syafii Ahmad Syafii Maarif Dalam kunjungan ke India beberapa tahun ...
-
Keterangan: Foto 1 : Peserta dari Perguruan Pangian Batang Tampuih Unggan berfoto bersama pada acara Festiv...
-
"Tradisi Lubuk Larangan Di Nagari Sumpur Kudus" Ada sebuah tradisi menarik dari Ranah Minang. Yaitu tradisi "lubuk larangan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar